Manajemen Stress dalam Pembelajaran Online Semasa Pandemi
Manajemen
Stress Dalam Perkuliahan Online Semasa Pandemi
Oleh
: Penta Lavida (K4419069)
Pendahuluan
Dalam kehidupan seorang
manusia tidak terlepas dengan yang bernama stress. Ada banyak pengertian stress
menurut para ahli, setidaknya ada tiga pengertian stress menurut para ahli yang
terangkum oleh penulis. Menurut Kupriyanov dan Zhdanov (2014) stress merupakan
sebuah atribut dalam kehidupan modern hal tersebut karena stress sudah melekat
seperti atribut kepada setiap individu dan tidak bisa terelakkan. Bahkan,
menurut Seyle (1976) tanpa adanya stress maka kehidupan tidak aka nada. Sedangkan,
menurut McGrath (2003) mendefinisikan stress sebagai ketidakseimbangan
substansial antara permintaan (fisik dan psikologis) dan kemampuan respon,
dalam hal ini gagal dalam memenuhi permintaan tersebut. Jadi, dapat disimpulkan
bahwa stress adalah sebuah kondisi dimana menganggu kedalam aspek mental dan
fisik dari individu disebabkan ketidakmampuan individu dalam menerima realitas
yang ada dengan respon yang dimilikinya sehingga mengancam kesejahteraan dari
individu tersebut.
Dunia pada tahun 2020 ini
dilanda pandemi dikarenakan virus Covid-19 atau biasa disebut Coronavirus Disease yang menyebar ke seluruh dunia dengan sangat
cepat. Tentu saja, pandemi ini mempunyai dampak yang signifikan dalam kehidupan
manusia baik sektor ekonomi, sosial, politik bahkan kesehatan terutama dalam
kesehatan mental. Masa pandemi memaksa
perkuliahan diadakan dengan sistem Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) untuk memutus
rantai penyebaran virus ini sehingga para mahasiswa harus beradaptasi kedalam
pembelajaran ini. Efek dilaksanakannya pembelajaran jarak jauh atau daring ini
banyak membuat para mahasiswa diseluruh Indonesia tidak sedikit yang mengalami
kondisi stress. Dalam lingkungan perkuliahan terdapat stress akademik. Stress
akademik mempunyai arti suatu kondisi ketegangan yang dialami mahasiswa ketika
menghadapi perkuliahan. Kondisi tersebut menurunkan motivasi dan semangat
belajar mahasiswa, penurunan energi, selalu mengekspresikan pandangan yang
tidak baik kepada orang lain, kecewa, marah dan frustasi.
Faktor-Faktor
Penyebab Stress
Faktor
Internal
a. Motivasi
Ketika
mahasiswa melaksanakan pembelajaran daring namun tanpa motivasi dan arah tujuan
mahasiswa tersebut biasanya akan mengalami stress. Terlebih dimasa pandemi ini,
kehidupan yang serba sulit akan mempengaruhi motivasi mahasiswa. Mahasiswa yang
optimistis biasanya akan mudah terhindar dari stress. Namun, mahasiswa yang
pesimis tentu saja akan berjuang untuk melawan stress.
b. Pola pikir
Mahasiswa
yang mempunya mindset atau pola pikir
bahwa tidak bisa mengendalikan situasi yang terjadi ini maka akan rentan
terhadap stress. Semakin besar kendali yang dimiliki oleh mahasiswa maka
semakin sedikit peluang mengalami stress.
c. Mood yang berubah-ubah
Tidak
ada motivasi seperti yang dijelaskan diatas akan menyebabkan mood yang
berubah-ubah terkadang good mood
namun juga bisa menjadi bad mood dikarenakan
situasi atau lingkungan sekitar yang tidak mendukung.
Faktor
Eksternal
a.
Tugas
dari dosen
Adakah
hubungan antara pembelajaran online dengan stress yang dialami mahasiswa? Tentu
saja terdapat hubungan mengenai dua hal tersebut. dalam realitas yang ada,
terdapat perbedaan antara kuliah online dan
kuliah offline (kuliah tatap muka)
yakni dalam aspek pemberian tugas yang berlebihan dan mahasiswa terlalu
terbebani dengan tugas yang diberikan maka mahasiswa akan lebih rentan terkena
kondisi stress. Jadwal perkuliahan yang berubah-ubah.
b.
Tidak
adanya hiburan
dikarenakan
sedang pandemi, mahasiswa tidak diperkenankan untuk keluar rumah dan hanya bisa
berdiam diri di rumah. Hal tersebut tidak ada hiburan yang diterima oleh
mahasiswa ketika pandemi sehingga menambah beban mahasiswa sehingga menjadikan
stress ketika pembelajaran daring atau online.
c. Tuntutan prestasi akademik
Tekanan
untuk mendapat nilai dan IP yang lebih dari teman perkuliahan tidak disadari
dapat menyebabkan kondisi stress.
Manajemen
Stress
Kondisi stress tersebut
dapat berpengaruh terhadap kesehatan fisik dari mahasiswa, maka harus ada upaya
untuk mengelola kondisi stress karena mau tidak mau suka tidak suka semua
manusia pasti akan mengalami kondisi stress. Tapi yang membedakan adalah dengan
cara apa dan bagaimana kita mengelola stress agar tidak menimbulkan sesuatu
yang negatif dan berpengaruh dengan kesehatan fisik. Gejala-gejala kesehatan
fisik yang terpengaruh dengan stress akademik ditandai dengan sakit kepala,
pusing, tidur tidak teratur, lelah dan kehilangan energi untuk belajar.
Selanjutnya, bagaimanakah
memanajemen stress yang baik dan benar? Berikut ini adalah cara-cara untuk
memanajemen stress.
a. Behavioral
Techniques
Beberapa
teknik perilaku yang dapat digunakan untuk mengelola stress adalah sebagai
berikutt:
1.
Biofeedback Training
Merupakan sebuah prosedur mengenai
individu yang dapat memantau kondisi fisiologisnya sendiri seperti tekanan
jantung dan tekanan darah dan dengan tujuan untuk mengendalikannya agar kondisi
stress tidak mempengaruhi kondisi fisiologis.
2.
Relaxation Training
Yakni dengan metode relaksasi atau
meditasi untuk meregangkan ketegangan otot. Prosedur dilakukan berdasarkan
metode relakasasi pogresif Jacobson, dimana suatu individu merelaksasikan otot
satu per satu dengan tujuan agar otot efektif menimbulkan relaksasi emosional.
3.
Aerobic Exercise
Hal lain untuk mengendalikan dan mengelola
stress adalah kebugaran fisik. Seorang individu yang rajin berolahraga fisik
dan latihan aerobic menunjukan kecepatan denyut jantung dan darah yang lebih
rendah sebagai respons atas kondisi stress dibandingkan individu yang tidak
berolahraga secara teratur.
b. Cognitive
Techniques
Terapi ini bertujuan membantu
individu dalam mengidentifikasi kondisi stress baik fisik maupun emosional dan
mengubah mindset individu dalam menghadapi situasi stress. Berikut adalah
langkah-langkahnya:
1. Individu diminta membuat sebuah
catatan mengenai timbulnya nyeri kepala dan memberikan nilai parah atau
tidaknya nyeri kepala serta situasi dimana nyeri kepala terjadi.
2. Kemudian mencatatat mengenai
perasaan, dan perilaku sebelum, selama dan setelah peristiwa nyeri kepala
3. Mengidentifikasi harapan atau
keyakinan yang mungkin menjelaskan reaksi nyeri kepala
4. Mencoba untuk mengubah sesuatu
tentang situasi stress dan cara pemikiran individu mengenai hal tersebut.
contohnya adalah menemukan hiburan yang dapat mengurangi stress.
Kesimpulan
Stress
adalah kondisi dimana kondisi dimana menganggu kedalam aspek mental dan fisik
dari individu disebabkan ketidakmampuan individu dalam menerima realitas yang
ada dengan respon yang dimilikinya sehingga mengancam kesejahteraan dari
individu tersebut. Dalam pandemic seperti ini banyak impactI yang berpengaruh terhadap kehidupan manusia terlebih
terhadap sistem pembelajaran mahasiswa pada perguruan tinggi yang berubah
menjadi sistem daring. Hal ini yang menyebabkan perbedaan cara pembelajaran dan
menyebabkan mahasiswa harus beradaptasi lagi.
Hal
tersebut yang menjadikan mahasiswa mengalami stress akademik yang dilatar
belakangi berbagai macam faktor.
Namun,
untuk mengurangi efek stress terhadap kesehatan mental dan fisik maka harus
dilakukan manajemen stress yakni dengan cara behavioural techiniques dan cognitives
techniques.
DAFTAR
PUSTAKA
Amy
Noerul Azmy, Achmad Juntika Nurihsan, dan Eka Sakti Yudha. 2017. Deskripsi
Gejala Stres Akademik Dan Kecenderungan Pilihan Strategi Koping Siswa Berbakat. Jurnal Pendidikan Konseling.Vol.1
(2):197-208.
Musabiq, S., & Karimah, I. (2018). Gambaran Stress dan
Dampaknya Pada Mahasiswa. Insight: Jurnal Ilmiah Psikologi, 20(2),
75-83.
Musradinur. 2016. Stress dan Cara Mengatasinya Dalam
Perspektif Psikologis. Jurnal Edukasi. 2(2), 183-199
Atziza, R. (2015). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian
Stres dalam Pendidikan Kedokteran. Jurnal Agromedicine, 2(3),
317-320.
Ekaningtyas, N. L. D., & Mataram, P. Pandemi Covid-19:
Dampak Psikologis Dan Upaya Menjaga Kesehatan Mental Masyarakat. COVID-19:
Perspektif Agama dan Kesehatan, 27.
Rahmawati, M. N., Rohaedi, S., & Sumartini, S. Tingkat
Stres Dan Indikator Stres Pada Remaja Yang Melakukan Pernikahan Dini. Jurnal
Pendidikan Keperawatan Indonesia, 5(1), 25-33.
Gaol, N. T. L. (2016). Teori
stres: stimulus, respons, dan transaksional. Buletin psikologi, 24(1),
1-11.
Sukadiyanto, S. (2010). Stress dan cara menguranginya. Jurnal
Cakrawala Pendidikan, 1(1).
Wahyuni, E. N. (2017). Mengelola stres dengan pendekatan
cognitive behavior modification (studi eksperimen pada mahasiswa baru
pendidikan agama islam (PAI) Fakultas Ilmu Tarbiyah & Keguruan UIN Maliki
Malang). Tadrib, 3(1), 98-117.
Barseli, M., Ifdil, I., & Nikmarijal, N. (2017). Konsep
stres akademik siswa. Jurnal Konseling dan Pendidikan, 5(3),
143-148.
Thoits, P. A. (2010). Stress and health: Major findings and
policy implications. Journal of health and social behavior, 51(1_suppl),
S41-S53.
Bhargava, D., & Trivedi, H. (2018). A study of causes of
stress and stress management among youth. IRA-International Journal of
Management & Social Sciences, 11(03), 108-117.
Shahsavarani, A. M., Azad Marz Abadi, E., & Hakimi
Kalkhoran, M. (2015). Stress: Facts and theories through literature
review. International Journal of Medical Reviews, 2(2),
230-241.
Dobson, H., & Smith, R. F. (2000). What is stress, and
how does it affect reproduction?. Animal reproduction science, 60,
743-752.
Fink, G. (2010). Stress: definition and history. Stress
science: neuroendocrinology, 3-9.
Temanya seperti stiker favorit saya dimana seorang bapak melempar batu sambil bilang stress
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusSangat menambah wawasan kak
BalasHapusw0w,,, iMpREsIfF,,,,
BalasHapusTerima kasih informasinya.
BalasHapusTerimakasih tulisannya sangat bermanfaat bagi pembaca ditengah pandemi ini
BalasHapusmantapp mas Penta, sangat bermanfaat terutama saat kondisi begini yang rawan akan kondisi stress
BalasHapusmakasih kak ilmunya
BalasHapussangat informatif👍
BalasHapusmantap kak
BalasHapus